Rabu, 07 Februari 2018

Waktu adalah nafas



Kalau di masa lalu semboyan ฤทita.. *Waktu* adalah *Uang*,
Mulai saat ini kita  ganti....
*Waktu*  adalah  *Nafas* ".
*Waktu*  adร lah *Ibadah*".

*Waktu adalah Nafas* yang setelah terlewat tidak akan bisa kembali…

*WAKTU adalah Ibadah* karena  setiap detik harus bernilai Ibadah. Apa pun aktivitasnya....

Manusia sesungguhnya hanya pengendara di atas punggung usianya.

Digulung Hari demi hari, Bulan dan Tahun tanpa terasa....

Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian....

Sesungguhnya *Dunia*-lah yang makin kita *Jauhi* ...dan
*Liang Kubur*-lah yang makin kita *Dekati*...

1 hari berlalu, berarti 1 hari pula berkurang usia kita....

Umur kita yg tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya,

Sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.

Karena itu, *Jangan biarkan* HARI INI  berlalu tanpa KEBAIKAN yang bisa kita LAKUKAN,...

JANGAN tertipu dengan *USIA MUDA*, karena *SYARAT* untuk MATI tidaklah harus *TUA*.....

JANGAN terperdaya dgn badan *Sehat*, karena *SYARAT  MATI* tidak pula harus *SAKIT*....

*Teruslah*
*Berbuat baik…*
*Berkata baik…*

WALAU tak banyak orang yg *Mengenali kebaikan kita*, tapi *KEBAIKAN* yg kita lakukan adalah *KEBAHAGIAAN* dimana perbuatan BAIK kita akan terus dikenang oleh mereka yg kelak kita tinggalkan....

Jadilah seperti *AKAR yg TIDAK TERLIHAT*, tapi tetap *MENYOKONG KEHIDUPAN*...

Jadilah seperti *JANTUNG yg TIDAK TERLIHAT*, tapi terus *BERDENYUT* setiap saat TANPA HENTI;
Hingga membuat kita *TERUS HIDUP*, sampai *BATAS WAKTUNYA utk BERHENTI*...

Semoga hari ini *Lebih Baik* dari *Hari Kemarin*...

*Selamat beraktifitas*
*Dan sukses selalu.*

Selasa, 06 Februari 2018

Kebahagian dan derita keabadian atau kekeliruan pemahaman

Untuk ia yang 'arif, dalam ke'arifannya-ke'arif saat berhubungan dengan wacana publiktentang apa yang logis dalam memperhatikan tujuan...] 

1. Sang Faqir, Abu Mughits (Al-Hallaj), semoga Allah merahmatinya, berkata: "Tidak ada misi yang tangguh kecuali yang diemban Iblis dan Muhammad,shalawat dan salam atasnya. Hanya, Iblis terjatuh dari Zat, dan Muhammad merasakan Zatnya-Zat." 

2. Telah dikatakan kepada Iblis: "Sujudlah!" (QS. 2: 34) dan kepada Muhammad: "Tengoklah!" (QS. 53: 13) Namun, Iblis tidak bersujud, dan Muhammad pun tidakmenengok. Ia tidak berpaling ke kanan atau ke kiri, "Matanya tidak celingukan, tidak juga jelalatan." (QS. 53: 17)

3. Sementara Iblis, setelah menyatakan misinya, ia tidak kembali ke kemampuan awalnya.

4. Sedangkan Muhammad, ketika menyatakan misinya, ia kembali ke kemampuannya.

5. Dengan pernyataan ini: "Bersama Engkau semata aku merasa bahagia, dan kepada Engkau semata aku mengabdikan diriku." Dan: "Wahai Engkau yang membolak-balikhati." Serta: "Aku tidak tahu bagaimana memuji-Mu sebagaimana mestinya Engkau dipuji."

6. Di antara penghuni surga tidak ada pemuja sekaligus peng-Esa (Tawhid) yang seperti Iblis.

7. Karena Iblis 'di situ' telah 'melihat' penampakan Zat Ilahi. Ia pun tercegah bahkan dari mengedipkan mata kesadarannya, dan mulailah ia memuja Sang Esa Pujaan dalam pengasingan khusyuknya.

8. Ia dikutuk ketika menjangkau pengasingan ganda, dan ia didakwa ketika menuntut kesendirian (Allah) mutlak

9. Allah berfirman kepadanya: "Sujudlah (kepada Adam as)!" Ia menjawab: "Tidak,kepada yang selain Engkau." Dia berfirman lagi kepadanya: "Bahkan, apabila kutuk-Ku jatuh menimpamu?" Ia menjawab lagi: "Itu tidak akan mengazabku!"

10. "Pengingkaranku adalah untuk menegaskan Kesucian-Mu, dan alasanku (ingkar) niscaya melanggar bagi-Mu. Tetapi, apalah Adam dibandingkan dengan-Mu, dan siapalah aku -- Iblis, hingga dibedakan dari-Mu!"

11. Ia jatuh ke Samudera Keluasan, ia menjadi 'buta', dan berkata: "Tidak ada jalan bagiku kepada yang lain selain dari-Mu. Aku pecinta yang 'buta'!" Dia berfirman kepadanya: "Kau telah takabur!" Ia menjawab: "Apabila ada satu saja kilasan pandang di antara kita, itu cukup membuatku sombong dan takabur. Kendati begitu, aku adalah 'ia' yang mengenal-Mu sejak ke-baqa'-an masa Terdahulu, dan "aku lebih baik daripadanya" (QS.7: 12), sebab aku lebih lama mengabdi kepada-Mu. Tidak ada satu pun, di antara dua jenis makhluk (Adam dan Iblis) ini, yang mengenal-Mu secara lebih baik daripadaku!" "Ada Kehendak-Mu bersamaku, dan ada kehendakku bersama-Mu, sedangkan keduanya mendahului Adam. Apabila aku bersujud kepada yang selain Engkau, ataupun tidakbersujud, niscaya harus bagiku untuk kembali ke asalku. Karena Engkau menciptakan aku dari api, dan api kembali ke 'api', menuruti keseimbangan (sunnah) dan pilihan yang adanya milik-Mu."

12. "Tidak ada jarak dari-Mu padaku, karena aku yakin bahwa jarak dan kedekatan itu 'satu'!" "Bagiku, apabila aku dibiarkan, pengabaian-Mu justru menjadi mitraku. Jadi, seberapa pun jauhnya lagi, pengabaian dan cinta tetap 'menyatu'!" "Terpujilah Engkau, dalam taufiq-Mu dan Zat-Mu yang tiada terjangkau, bagi sang pemuja setia ini, yang tiada bersujud ke yang selain Engkau!"

13. Musa (as) bertemu Iblis di lereng Bukit Sinai, dan bertanya kepadanya: "Hai Iblis, apa yang mencegahmu dari bersujud?" Ia (Iblis) menjawab: "Yang mencegahku adalah pernyataan ikrarku mengenai Sang Pujaan yang Unik. Dan, jika aku bersujud, aku akan menjadi sepertimu. Karena kau hanya perlu dipanggil sekali, "Tengoklah ke gunung," kau langsung menengok. Sementara aku, aku telah dipanggil ribuan kali untuk menyujudkan diriku kepada Adam, aku tidak bersujud, karena aku bersiteguh dengan 'Tujuan' Ikrarku."

14. Musa (as) bertanya: "Kau membangkangi perintah?" Iblis pun menjawab: "Itu sebuah ujian, bukannya perintah." Musa bertanya lagi: "Tanpa dosa? Kendati wajahmu berubah begitu?" Iblis menyahut: "Hai Musa, keadaanku ini sekadar kemenduaan dari penampilan-lahir, sementara keadaan (hal) spiritualku tidak bergantung atasnya, bahkantidak berubah. Ma'rifat tetaplah benar sebagaimana pada awalnya, dan itu tidak berubah kendatipun pribadinya berubah."

15. Musa (as) bertanya: "Adakah kau mengingat-Nya (zikir) sekarang?" "Hai Musa, pikiran yang murni tidak membutuhkan daya-ingat, -- dengan itu aku mengingat (Dia) dan Dia mengingat (aku). Ingatan-Nya adalah ingatanku, dan ingatanku adalah ingatan-Nya.Bagaimana mungkin, ketika kami saling mengingat, kami berdua berlainan satu sama lain?" "Pengabdianku sekarang lebih murni, waktuku lebih lapang, ingatanku lebih agung,sebab aku mengabdi kepada-Nya secara mutlak demi keberuntunganku, bahkan sekarang aku mengabdi kepada-Nya demi Diri-Nya."

16. "Aku mencabut keserakahan dari segenap apa pun yang mencegahku atau menahanku,baik demi kerugian ataupun keuntungan. Dia mengasingkanku, membuatku mabuk- kepayang, melinglungkanku, mengeluarkanku, sehingga aku tidak dapat berpadu dengan para ruh suci. Dia menjauhkanku dari yang lain, sebab kecemburuanku (kepada-Nya)supaya Dia Sendiri saja. Dia mengubahku, sebab Dia mengagumiku. Dia mengagumiku,sebab Dia membuangku. Dia membuangku, sebab aku pengabdi. Dan, menempatkanku dalam ahwal terlarang disebabkan kemitraanku. Dia mempertunjukkan kekurangan nilaiku disebabkan aku memuji Keagungan-Nya. Dia menyederhanakanku dengan sehelai kain ihram disebabkan kehajianku [hijya]. Dia membiarkanku disebabkan 'penemuan'- ku atas-Nya dalam zikir. Dia menyingkapkan (kasyf) hijabku disebabkaan penyatuanku.Dia mempenyatukanku disebabkan Dia memencilkanku. Dan, Dia memencilkanku disebabkan Dia mencegah hasratku."

17. "Dengan Kebenaran-Nya, maka aku tidak salah dalam memperhatikan titah-Nya,bukannya aku menolak takdir. Aku tidak peduli sama sekali tentang perubahan wajahku. Aku hanya menjaga keseimbanganku (sunnah) melalui hukuman ini."

18. "Kendatipun Dia mengazabku dengan api-Nya sepanjang masa, aku tetap tidak akan bersujud kepada sesuatu (selain-Nya). Aku tidak akan merundukkan diriku kepada pribadi atau jasad (Adam as), sebab aku tidak mengaku berlawanan dengan-Nya! Ikrarku khusyuk, dan aku memang seorang yang khusyuk dalam 'cinta'!"

19. Al-Hallaj berkata: "Ada beragam teori yang berkenaan dengan keadaan (hal)spiritualnya 'Azazyl () [sebutan Iblis sebelum kejatuhannya]. Seseorang mengatakan bahwa ia ditugaskan dengan misi di surga, serta dengan suatu misi (lainnya) di bumi. Di surga ia berkhutbah kepada malaikat, menunjukinya tentang amalan yang baik.Dan, di bumi ia berkhutbah kepada manusia dan jin, menunjukinya tentang perbuatan yang jahat."

20. "Sebab, seseorang tidak akan mengenali sesuatu kecuali dengan (mengenali) yang sebaliknya. Sebagaimana dengan sutera putih halus, yang hanya dapat ditenun dengan menggunakan lakan hitam di belakangnya -- makanya, malaikat mempertunjukkan amalan baiknya, dan berkata simbolis, "Jika kau beramal, kau akan mandapat pahala." Namun, ia yang tidak mengenal kejahatan sebelumnya, niscaya tidakdapat mengenali kebaikan."

21. Sang Faqir, Abu Umar Al-Hallaj, berkata: "Aku bersoal dengan Iblis dan Fir'aun tentang kehormatan Sang Pemurah." Kata Iblis: "Jika aku bersujud, aku niscaya kehilangan gelar kehormatanku." Dan, kata Fir'aun: "Jika aku beriman kepada Rasul (Musa as) itu, aku niscaya terjatuh dari harkat kehormatanku."

22. Al-Hallaj pun berkata: "Jika aku memungkiri pengajaranku dan pernyataanku,aku juga niscaya jatuh dari altar kehormatanku."

23. Tatkala Iblis berkata: "Aku lebih baik daripada ia (Adam as)," maka ia tidak melihat sesuatu pun selain dirinya. Tatkala Fir'aun berkata: "Aku tahu pun tidak bahwa kau (Musa as) mempunyai Tuhan yang selain aku," ia tidak mengetahui bahwa sembarang rakyatnya dapat membedakan antara kebenaran dan kepalsuan.

24. Jadi, aku (Al-Hallaj) berkata: "Andaipun kau tidak mengenal-Nya, maka kenalilah pertanda-Nya. Akulah pertanda-Nya [tajally], dan akulah Sang Kebenaran (anal'-Haqq)! Hal ini disebabkan aku tiada henti menyadari 'ada'-Nya Sang Kebenaran!"

25. Temanku adalah Iblis, dan guruku adalah Fir'aun. Iblis diancam dengan api dan tidakmencabut pernyataannya. Fir'aun ditenggelamkan di Laut Merah tanpa mencabut pernyataannya ataupun mengakui sembarang perantara (rasul). kendatipun begitu ia berkata: "Aku beriman bahwa tiada Tuhan kecuali Dia yang diimani oleh Bani Isra'il." (QS. 10: 90) Dan, bukankah kau melihat bahwa Allah pun menentang Jibril dalam Keagungan-Nya? Dia berfirman: "Mengapa kau penuhi mulutmu dengan 'pasir'?"

26. Jadi, aku (akhirnya) dibunuh, digantung, tangan dan kakiku dipotong, tanpa aku mencabut pernyataan tegasku!

27. Istilah Iblis diperoleh dari 'mutasi' nama pertamanya, 'Azazyl ().'Ain'-nya () menunjukkan keluasan ikhtiarnya,'zay'-nya () adalah bertambah kerapnya kunjungan (kepada-Nya),'alif'-nya () sebagai jalan hidupnya dalam harkat-Nya,'zay'-nya () yang kedua keasketisannya dalam derajat-Nya,'ya'-nya () langkah pengembaraannya ke penderitaannya, dan 'lam'-nya () ketegarannya dalam kesakitannya.

28. Dia (Allah) berfirman kepadanya: "Kau tidak bersujud, hai yang nista!" Ia menjawab: "Sebutlah lebih baik -- 'pecinta'!" Karena pecinta dianggap rendah, maka Engkau menyebutku nista. Aku telah membaca dalam Kitab yang Nyata, wahai Sang Kuasa dan Setia, bahwa hal ini akan terjadi padaku. Jadi, bagaimana mungkin aku menistakan diriku kepada Adam, padahal Engkau menciptakannya dari tanah, sedangkan aku dari api? Dua hal yang berlawanan tidak dapat diakurkan. Dan, aku telah mengabdi-Mu lebih lama, juga memiliki kebajikan yang lebih luhur, pengetahuan yang lebih luas, serta aktivitas yang lebih sempurna."

29. Allah, yang senantiasa terpujilah Dia, berfirman kepadanya: "Pilihan adalah milik-Ku,bukannya milikmu." Ia menjawab: "Segenap pilihan, bahkan pilihan diriku, adalah milik- Mu. Karena Engkau telah terpilih untukku, wahai Sang Khaliq. Jika Engkau mencegahku dari bersujud kepadaanya (Adam as), Engkau adalah 'Sebab' pencegahan itu. Jika aku khilaf berbicara, Engkau tidak membiarkanku, karena Engkau Sang Maha Mendengar. Jika Engkau berkehendak aku bersujud kepadanya, aku niscaya taat. Aku tidak mengetahui seorang pun di antara (makhluk) yang 'Arif, yang mengenal-Mu secara lebih baik daripada aku."

30. Jangan persalahkan aku, ide kecaman jauh dariku, anugerahilah aku, wahai Penguasaku,demi aku sendiri. Kalaupun dalam hal janji, janji-Mu itu sejatinya Kebenaran prinsip,tentunya prinsip ikhtiarku juga kuat. Ia yang berhasrat menulis ikrarku ini, atau membacanya, akan mengetahui bahwa aku (akhirnya) menjadi seorang Syahid!

31. Hai saudaraku! Ia (Iblis) disebut 'Azazyl karena ia dibebastugaskan ('uzyla),dibebastugaskan dari kesucian purbanya. Ia tidak kembali dari asalnya ke akhirnya, sebab ia tidak keluar dari akhirnya. Ia dibiarkan, dikutuk dari asalnya.

32. Upayanya untuk keluar pun gagal, disebabkan perasaan iba-dirinya. Ia mendapatkan dirinya antara api tempat peristirahatannya dan cahaya posisi ketinggiannya.

33. Sumber air di darat adalah telaga yang rendah. Ia (Iblis) terazab kehausan di tempat yang (airnya) berlimpah-ruah. Ia menangisi kesakitannya, karena api telah membakarnya.Kekhawatirannya tidak lain hanyalah kepura-puraan, dan ke-'buta'-annya adalah kesia- siaan -- itulah ia adanya!

34. Hai saudaraku! Andaikan kau mengerti, kau telah mempertimbangkan jalan sempit di kesempitannya yang teramat sangat. Kau telah menunjukkan khayalan itu kepadamu dalam kemusykilannya yang teramat sangat. Dan, kau akan menderita serta penuh kegelisahan.

35. Kaum shufi yang paling terjaga pun tetap bungkam tentang Iblis, dan para 'arifin tidakmemiliki kemampuan untuk menjelaskan apa yang telah dipelajarinya (tentang Iblis).Iblis lebih kuat daripada mereka dalam hal pemujaan, dan lebih dekat daripada mereka kepada Sang Zat Wujud. Ia (Iblis) mengerahkan dirinya lebih dan 'lebih' setia pada perjanjian, serta lebih dekat daripada mereka kepada Sang Pujaan.

36. Malaikat lain bersujud kepada Adam (as) karena dukungan (Allah), sedangkan Iblis menolak (bersujud) karena ia telah 'tafakur' sekian lamanya.

37. Kendati begitu, keadaannya menjadi membingungkan, dan pikirannya kesasar, sehingga ia berkata: "Aku lebih baik daripada ia (Adam as)." (QS. 7: 12) Ia tetap di balik tabir,tidak menghargai 'debu' (asal kejadian Adam as), dan mengusung kutukan di atas pundaknya hingga Akhir Ke-'baqa'-an Masanya-Masa Ke-'baqa'-an nanti.

Diterjemahkan oleh AM Santrie dari “THAWASIN” edisi Arab, terbitan Beirut dan edisi Inggris, terjemahan Aisha Abd Arhman At-Tarjumana


Sumber:sufiroad 

Senin, 05 Februari 2018

*"Beginilah" “KEHIDUPAN”*



Seorang Guru menuliskan ini di papan tulis :

5 x 1 = 7                5 x 2 = 10
5 x 3 = 15              5 x 4 = 20
5 x 5 = 25              5 x 6 = 30
5 x 7 = 35              5 x 8 = 40
5 x 9 = 45              5 x 10 = 50

Setelah selesai menulis dia balik melihat murid-muridnya yang mulai tertawa menyadari ada sesuatu yang salah.

Pak Guru pun bertanya :

_"Mengapa kalian tertawa ?"_ .

Serentak mereka semua menjawab : *"Yang nomor satu salaaaah Paaakk!"* ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ (tertawa,lepas teriak2)

Sejenak Pak guru menatap muridnya, tersenyum menjelaskan : _"Saya sengaja menulis seperti itu agar kalian bisa belajar sesuatu dari ini_.

Saya ingin kalian tau, bagaimana Dunia ini memperlakukan kita.

Kaliankan sudah melihat bahwa saya juga menuliskan hal yang benar sebanyak *sembilan (9) kali*, tapi gak ada satupun dari kalian yang memberi ucapan selamat.

Kalian lebih cenderung menertawakan saya hanya untuk *satu (01) kesalahan*.

Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal yang baik bahkan yang kita lakukan *ribuan* sekalipun.

Hidup ini justru akan selalu mengkritisi kesalahan kita, bahkan sekecil apapun yang kita perbuat.

Ketahuilah anak-anakku, pada umumnya.....
*_“Orang lebih dikenal dari satu kesalahan yang ia perbuat, dibanding dengan seribu kebaikan yang ia lakukan”_*

*Lantas bgmna dg kita?*
Larutkah dg yg demikian, atau kita punya sikap lain.....  *monggo*

*"KISAH NYATA SEORANG ANAK NASRANI YANG TERTEMBAK SAAT PERINGATAN MAULID NABI"*

Merinding bacanya
*"Di manakah engkau Hai MUHAMMAD yang mengaku sebagai Nabi...?"*
Assalaamu'alaikum wr.wb.
*"KISAH NYATA SEORANG ANAK NASRANI YANG TERTEMBAK SAAT PERINGATAN MAULID NABI"*

Pada saat itu, di Libanon Selatan, kebiasaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, mereka rayakan secara turun temurun dan selalu dimeriahkan dengan menembakkan senjata api ke atas untuk menunjukkan kegembiraan.

Ketika itu seorang anak Nasrani Dari keluarga Ghatas yang terkenal terlihat asyik menonton meriahnya peringatan Itu.

Tanpa disadari, sebuah peluru nyasar menembus kepalanya.

Anak itu pun jatuh tersungkur bersimbah darah dan seketika itu juga ibunya berteriak histeris.

Maka dengan segera anaknya dilarikan ke RS. GHASAN HAMUD.

Tetapi RSGH angkat tangan karena tidak mampu menangani pendarahan yg begitu hebat.

Lantas anak itu dirujuk ke RS. AMERIKA yang memiliki banyak dokter ahli dan spesialis.

Tapi begitu melihat kondisi anak itu mereka juga angkat tangan.

Karena panik penuh kecewa, ibu sang anak berteriak dengan kerasnya sambil berseru:

"Di manakah engkau Hai MUHAMMAD yang mengaku sebagai Nabi?

"Lihatlah apa yang dilakukan umatmu kepada anakku karena merayakan hari kelahiranmu"

Pada saat itu dokter kepala yang memimpin perawatan keluar ruangan menemui sang ibu dan memintanya agar melihat anaknya untuk yang terakhir kali.

Ibu nasrani itu dengan lemas dan dipapah masuk ke ruangan, diikuti dengan keluarnya para dokter.

Namun Keajaiban terjadi...

Ketika sang ibu sudah di dalam ruangan, ternyata dia melihat anaknya sedang duduk di tepi tempat tidur sambil berteriak:

"Tutup semua pintu dan jendela nya ibu.....!! Dia jangan diperbolehkan keluar.....!!"

Antara percaya dan tidak Si ibu mendekati anaknya untuk memastikan kondisi anaknya.
Sungguh sesuatu yang tidak masuk akal.

Kondisi anaknya begitu sehat dan bugar serta tidak ada bekas luka tembakan sama sekali di kepalanya.
Apalagi bercak darah.

"Anakku apa yang terjadi..?“

"Ibu, dia datang mengelus kepalaku sambil tersenyum.“

“Siapa dia sayang"?

“MUHAMMAD…
Muhammad...Ibu.“ jawab anak itu...

Subhanallah.....

Ternyata, teriakan si ibu disambut oleh NABI AGUNG MUHAMMAD SAW.....

Beberapa menit kemudian.....

Berkumpullah semua dokter untuk melihat kenyataan di hadapan mereka.

Maka ibu, anak dan semua dokter nasrani yang menyaksikan keajaiban tersebut saat itu juga mengikrarkan syahadat (masuk Islam).

*"Kami bersaksi tiada Tuhan yang patut disembah kecuali ALLAAH dan Muhammad benar-benar utusan dan Hamba Allaah"*

Ini kejadian nyata yang ditakdirkan oleh Allaah untuk menunjukkan keagungan junjungan kita *Sayyidina Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasalam*

Tiada yang tidak mungkin bagi Allaah...!

Shallu 'Alan Nabi…!!!!

Kutipan - ceramah dari Ulama Libanon ...

*"KALAU BANGGA PUNYA NABI SEPERTI BAGINDA RASULULLAAH SAW, SILAHKAN BAGIKAN...!!!"*

Semoga yg membagikn selalu mndapat pertolongan *"Allah SWT"*
*"AAMIIN...YAA...ROBBAL 'AALAMIN....."*

Berbeda niat dengan IMAM

(21:24) @flq

*DASI SANTRI JAGAT*
_*one day one problems*_

Pertanyaan dari: kang paranormal
Tema: Sholat
Judul: Berbeda niat dengan IMAM

Assalamualaikum wr wb.
Ahmad adalah salah satu santri yang selalu aktif mengikuti shalat berjama’ah. Pada suatu hari ia terlambat shalat berjama’ah di masjid. Kemudian ia menghampiri seseorang yang sedang shalat untuk menjadi makmum. Setelah shalat, ternyata diketahui bahwa sang imam sedang melaksanakan shalat sunnah ba’diyah. Bagaimanakah hukum shalatnya makmum yang beda niat dengan imamnya?

Terima kasih.

wassalamu'alaikum wr wb

Menu ngopi malam selasa
Pukul:21.00-23.00 wib
, 5 Februari 2018
*DASI*

```Hasil Diskusi```

(21:29) @⁨kasyifal balwa⁩
sholatnya tetap sah insya alloh. tp mungkin tidak mendapatkan fadhilahnya berjama'ah


Bolehkah berbeda niat antara imam dan makmum? Misalkan, makmum telat dan baru bangun tidur, belum melaksanakan shalat Zhuhur, sedangkan imam sedang mengerjakan shalat ‘Ashar. Atau misalkan pula, seseorang sedang melaksanakan shalat sunnah lalu ada makmum yang datang dan berniat melaksanakan shalat wajib di belakangnya. Mengenai masalah ini akan terjawab dengan kaedah Imam Syafi’i rahimahullah yang dibahas dalam tulisan sederhana berikut.

Kaedah Imam Syafi’i Mengenai Beda Niat antara Imam dan Makmum

Kata Al Baidhowi sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar, niat adalah istilah untuk geraknya hati[1]. Sehingga dari pengertian, namanya niat tentu di hati, bukan di lisan.

Ada kaedah yang disampaikan oleh Imam Asy Syafi’i mengenai masalah niat ini. Beliau rahimahullah berkata,

ูˆู†ูŠุฉ ูƒู„ ู…ุตู„ ู†ูŠุฉ ู†ูุณู‡ ู„ุง ูŠูุณุฏู‡ุง ุนู„ูŠู‡ ุฃู† ูŠุฎุงู„ูู‡ุง ู†ูŠุฉ ุบูŠุฑู‡ ูˆุฅู† ุฃู…ู‡

“Niat setiap orang yang melaksanakan shalat adalah niat bagi dirinya sendiri. Niat orang lain yang mengimaminya jika berbeda tidak membuat cacat ibadahnya.” (Al Umm, 1: 201)

Kaedah Imam Syafi’i khusus membahas hukum seputar shalat jama’ah, yaitu bagaimana jika ada perbedaan niat antara imam dan makmum. Setiap yang shalat berniat untuk dirinya sendiri. Yang ia niatkan boleh jadi adaa’ (kerjakan shalat di waktunya) atau qodho’ (mengganti shalat di luar waktu), seperti yang satu mengerjakan shalat Zhuhur dan lainnya shalat ‘Ashar. Boleh jadi niatannya adalah shalat wajib, yang lainnya shalat sunnah, seperti imamnya berniat shalat sunnah fajar, yang makmum berniat shalat Shubuh. Tidak mengapa ada beda niat semacam ini selama pengerjaan shalatnya sama.

Dalil Kaedah

Beberapa dalil yang mendukung kaedah Imam Syafi’i di atas adalah sebagai berikut.

ุนَู†ْ ุฌَุงุจِุฑٍ ู‚َุงู„َ ูƒَุงู†َ ู…ُุนَุงุฐٌ ูŠُุตَู„ِّู‰ ู…َุนَ ุงู„ู†َّุจِู‰ِّ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ุซُู…َّ ูŠَุฃْุชِู‰ ู‚َูˆْู…َู‡ُ ูَูŠُุตَู„ِّู‰ ุจِู‡ِู…ْ

Dari Jabir, ia berkata bahwa Mu’adz pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mendatangi kaumnya dan mengerjakan shalat bersama mereka. (HR. Bukhari no. 711 dan Muslim no. 465)

Pendalilan: Dalil di atas menunjukkan sahnya shalat orang yang mengerjakan shalat fardhu di belakang orang yang mengerjakan shalat sunnah. Karena Mu’adz di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengerjakan shalat wajib. Lantas ia kembali ke kaumnya untuk mengimami mereka dengan niatan shalat sunnah bagi Mu’adz, sedangkan kaumnya berniat shalat wajib.

wallohu a'lam

(21:33) @⁨Kang iR.⁩
Derek deprok.

Ndak masalah ndan tetep sah gak usah mengulangi sholatnya.

(21:34) @⁨๐Ÿ™‹๐Ÿป‍♂Calon Sarjana๐Ÿ‘จ๐Ÿป‍๐ŸŽ“๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜⁩
Hukumnya ttep sah..
Ibaroh e nunggu kedik๐Ÿšถ๐Ÿป๐Ÿšถ๐Ÿป
Menurut Imam Syafi'i tidak disyaratkan derajat sholat IMAM harus sama jenisnya (seperti sholat adaa' dan Qodhoo') juga tidak tidak disyaratkan harus sama derajatnya (seperti imam sholat sunnah sedang makmum sholat wajib) asalkan NIZHOM / urutannya sholat sama diperkenankan sholat berjamaah, (yang nizhomnya tidak sama seperti imam sholat janazah sedang makmum sholat dhuhur misalnya).๐Ÿ™‡๐Ÿป๐Ÿ™‡๐Ÿป

Nderek copas.
ูˆู„ุง ูŠุถุฑ ุงุฎุชู„ุงู ู†ูŠุฉ ุงู„ุงู…ุงู… ูˆุงู„ู…ุขู…ูˆู… ู„ุนุฏู… ูุฎุด ุงู„ู…ุฎุงู„ูุฉ ููŠู‡ู…ุง.ููŠุตุญ ุงู‚ุชุฏุงุก ุงู„ู…ูุชุฑุถ ุจุงู„ู…ุชู†ูู„ ูˆุงู„ู…ุคุฏู‰ ุจุงู„ู‚ุงุถู‰ ูˆููŠ ุทุงูˆูŠู„ุฉ ุจู‚ุตูŠุฑุฉ ูƒุธู‡ุฑุจุตุจุญ ูˆุจุงู„ุนูƒูˆุณ ู„ูƒู†ู‡ ู…ูƒุฑูˆู‡ ูˆู…ุน ุฐู„ูƒ ุชุญุตู„ ูุถูŠู„ุฉ ุงู„ุฌู…ุงุนุฉ ู‚ุงู„ : ุงู„ุณูˆูŠู‚ู‰ ูˆุงู„ูƒุฑุงู‡ุฉ ู„ุงุชู†ู‚ู‰ ุงู„ูุถูŠู„ุฉ .
Dan tidak bahaya perbedaan niatnya imam dan makmum dalam shalat berjamaah karena tidak adanya kenistaan ketidaksamaan didalamnya, karenanya sah makmumnya orang shalat fardhu pada imam yang shalat sunat, makmum shalat ada’ pada imam shalat qadha dan makmum shalat panjang seperti shalat dzuhur pada imam shalat pendek seperti shalat shubuh dan sebaliknya hanya saja hukumnya makruh namun masih didapatkan fadhilah berjamaah. Berkata as-Suwayqy “Kemakruhan tersebut tidak dapat menafikan fadhilah jamaah”. [ Hasyiyah al-Baajury I/205, as-Syarqowi juz I/322 ]

(21:56) @⁨F.S⁩

ูˆุฅุฐุง ุตู„ู‰ ุงู„ุงู…ุงู… ู†ุงูู„ุฉ ูุงุฆุชู… ุจู‡ ุฑุฌู„ ููŠ ูˆู‚ุช ูŠุฌูˆุฒ ู„ู‡ ููŠู‡ ุฃู† ูŠุตู„ู‰ ุนู„ู‰ ุงู„ุงู†ูุฑุงุฏ ูุฑูŠุถุฉ ูˆู†ูˆู‰ ุงู„ูุฑูŠุถุฉ ูู‡ู‰ ู„ู‡ ูุฑูŠุถุฉ ูƒู…ุง ุฅุฐุง ุตู„ู‰ ุงู„ุงู…ุงู… ูุฑูŠุถุฉ ูˆู†ูˆู‰ ุงู„ู…ุฃู…ูˆู… ู†ุงูู„ุฉ ูƒุงู†ุช ู„ู„ู…ุฃู…ูˆู… ู†ุงูู„ุฉ ู„ุง ูŠุฎุชู„ู ุฐู„ูƒ ูˆู‡ูƒุฐุง ุฅู† ุฃุฏุฑูƒ ุงู„ุงู…ุงู… ููŠ ุงู„ุนุตุฑ ูˆู‚ุฏ ูุงุชุชู‡ ุงู„ุธู‡ุฑ ูู†ูˆู‰ ุจุตู„ุงุชู‡ ุงู„ุธู‡ุฑ ูƒุงู†ุช ู„ู‡ ุธู‡ุฑุง ูˆูŠุตู„ู‰ ุจุนุฏู‡ุง ุงู„ุนุตุฑ

Yen imam melaksanakan shalat sunnah, trs datang seseorang bermakmum di belakangnya pada saat itu, maka boleh ia berniat dengan niatan ia sendiri yaitu niatan shalat fardhu. Makmum tersebut mendapatkan niat shalat fardhu. Sebagaimana juga ketika imam melaksanakan shalat fardhu, lalu makmum berniat shalat sunnah, maka makmum diperbolehkan seperti itu. Tidaklah bermasalah adanya perbedaan niat kala itu. Begitu pula ketika seseorang mendapati imam melaksanakan shalat Ashar, namun ia ada udzur luput dari shalat Zhuhur, maka ia boleh berniat shalat Zhuhur di belakang imam yang melaksanakan shalat Ashar kemudian setelah itu ia melaksanakan shalat Ashar.

(21:54) @⁨Ridwan Masykury๐Ÿ˜˜⁩

Kata Al Baidhowi sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar, niat adalah istilah untuk geraknya hati[1]. Sehingga dari pengertian, namanya niat tentu di hati, bukan di lisan.

Ada kaedah yang disampaikan oleh Imam Asy Syafi’i mengenai masalah niat ini. Beliau rahimahullah berkata,

ูˆู†ูŠุฉ ูƒู„ ู…ุตู„ ู†ูŠุฉ ู†ูุณู‡ ู„ุง ูŠูุณุฏู‡ุง ุนู„ูŠู‡ ุฃู† ูŠุฎุงู„ูู‡ุง ู†ูŠุฉ ุบูŠุฑู‡ ูˆุฅู† ุฃู…ู‡

“Niat setiap orang yang melaksanakan shalat adalah niat bagi dirinya sendiri. Niat orang lain yang mengimaminya jika berbeda tidak membuat cacat ibadahnya.” (Al Umm, 1: 201)

Kaedah Imam Syafi’i khusus membahas hukum seputar shalat jama’ah, yaitu bagaimana jika ada perbedaan niat antara imam dan makmum. Setiap yang shalat berniat untuk dirinya sendiri. Yang ia niatkan boleh jadi adaa’ (kerjakan shalat di waktunya) atau qodho’ (mengganti shalat di luar waktu), seperti yang satu mengerjakan shalat Zhuhur dan lainnya shalat ‘Ashar. Boleh jadi niatannya adalah shalat wajib, yang lainnya shalat sunnah, seperti imamnya berniat shalat sunnah fajar, yang makmum berniat shalat Shubuh. Tidak mengapa ada beda niat semacam ini selama pengerjaan shalatnya sama.

(21: 55) @⁨_kenz_error_⁩

Hukum shalat makmum tersebut itu boleh meskipun niatnya beda dengan imamnya, tetap sah shalatnya, dan tetap mendapatkan fadilahnya jama’ah. Keterangan kitab Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarhi al-Khatib, bab kitab al-Shalat juz 2 hal 346, keterangan yang sama terdapat dalam kitab Jamal ‘Ala Minhaj, Juz I, hal. 562-563 dan Khasyiyah al-Bujairami


ู‚َูˆْู„ُู‡ُ : ( ูˆَู„َุง ูŠَุถُุฑُّ ุงุฎْุชِู„َุงูُ ู†ِูŠَّุฉِ ุงู„ْุฅِู…َุงู…ِ ูˆَุงู„ْู…َุฃْู…ُูˆู…ِ ) ุฃَูŠْ ู„ِุนَุฏَู…ِ ูُุญْุดِ ุงู„ْู…ُุฎَุงู„َูَุฉِ ูِูŠู‡ِู…َุง ูˆَู‡َุฐَุง ู…ُุญْุชَุฑَุฒُ ู‚َูˆْู„ِู‡ِ ุงู„ุธَّุงู‡ِุฑَุฉُ ู„ِุฃَู†َّ ุงู„ِุงุฎْุชِู„َุงูَ ู‡ُู†َุง ูِูŠ ุงู„ู†ِّูŠَّุฉِ ูˆَู‡ِูŠَ ูِุนْู„ٌ ู‚َู„ْุจِูŠٌّ ูَูƒَุงู†َ ุงู„ْู…ُู†َุงุณِุจُ ุงู„ุชَّูْุฑِูŠุนَ . (ุชุญูุฉ ุงู„ุญุจูŠุจ ุนู„ู‰ ุดุฑุญ ุงู„ุฎุทูŠุจ ุงู„ุจุงุจ ูƒุชุงุจ ุงู„ุตู„ุงุฉ ุฌ 2 ุต 346 )
```kesimpulan´´´
*Boleh , sah Sholatnya dan tetap mendapatkan fadhilahnya jamaah*

Minggu, 04 Februari 2018

Berbeda itu anugerah

Seringkali manusia menginginkan dirinya untuk menjadi orang lain,yang ia rasa bahwa orang tersebut jauh lebih beruntung dari dirinya.entah itu harta ,jabatan,penghidupan dan apapun itu. Tapi tidaklah kita sadari setiap dirikita mempunyai peranan sendiri-sendiri dalam kehidupan. Bukankah kita semua tau sebuah bohlam lampu ia bisa berpijar karena ada daya, dan bukankah kita semua tau daya tersebut dihasilkan dari beda potensial antara kutub positif dan negatif. Jika kita menginginkan untuk menjadi kutub positif semua maka lampu selamanya tak akan pernah menyala.

If it doesn't move, it doesn't meet *Aziz Mukhroni *