TUGAS FISIKA
GLOBAL WARMING
DISUSUN OLEH :
NAMA : SEPTI
AWALIYAH
KELAS : XI MIPA 1
SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Kata pengantar
Puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT. Karena dengan
nikmat, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga, para sahabat, dan kepada kita semua yang mengharapkan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Amien.
Makalah
yang berjudul Pemanasan Global (Global Warming) merupakan
makalah yang di ajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kulian Meteorologi
dan Klimatologi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang di
harapkan, meskipun waktu, tenaga, dan pikiran telah di perjuangkan dengan
segala keterbatasan yang kami miliki, demi terselesainya
makalah ini. Namun, makalah yang tertuang dapat memberi manfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Pada
dasarnya dalam proses penulisan makalah ini, kami mengalami berbagai
kesulitan, akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih.
Akhirnya
kami serahkan semuanya kepada ALLAH SWT. Semoga segala perhatian, partisipasi,
dan motivasi di balas oleh ALLAH SWT sebagai amal kebaikan. Harapan kami
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan sekaligus dapat menambah
ilmu kepada kita semua. AMIEN Ya Rabbal Allamin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………
……. .ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………..……….
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan dan Manfaat Makalah ……………………………………………..
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………
2.1. Pengertian
Pemanasan Global (Global warming)………………………..
2.2. Penyebab Pemanasan Global (Global warming)…………………………
2.2. Penyebab Pemanasan Global (Global warming)…………………………
2.3. Dampak Pemanasan
Global (Global warming)………………………….
2.4. Cara
mencegah Pemanasan Global(Global warming)……………………
2.5. Bencana
Besar Akibat Pemanasan Global(Global warming……………
BAB III PENUTUP …………………………………………………………..
3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………….
3.2 SARAN ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
LAMPIRAN ……………………………………………………………………
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar
Belakang Makalah
Dalam
beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik
dalam skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah ini akan membahas
gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan peranannya dalam
pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global itu sendiri. Kami juga
menyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia untuk mengendalikan pemanasan
global.Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu
permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu
lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu
global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terrekam
sebelumnya.Dan sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Isu
pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran utamanya tentu saja
manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang
signifikan, sepertiyang terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah
menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim. Di beberapa daerah sering
terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor, munculnya
angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia.
Makalah ini akan membahas Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak
dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan
Global, Mengukur pemanasan global dan Bencana Besar Yang di
akibatkan oleh adanya Pemanasan Global
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang
terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi
panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di
atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.
B. Pembatasan
dan Perumusan Masalah
Pembatasan
Masalah
Mengingat
luasnya permasalahan dan untuk menghindari salah pengertian dan perbedaan
persepsi serta untuk mengarahkan makalah ini,maka kami akan membatasi
pemasalahan pada:Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan
Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur
pemanasan global dan Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan
Global
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
makalah yang kami diskusikan dan pembatasan masalah,maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari
Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan
Global,Mengukur pemanasan global dan Bencana Besar Yang di akibatkan oleh
adanya Pemanasan Global
C. Tujuan
dan Manfaat Makalah
Tujuan
:Untuk mengetahui Definisi Pengertian
Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global,
Cara mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan
Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global
Manfaat
:1. Untuk
memperoleh data,fakta,dan informasi tentang Definisi Pengertian Pemanasan
Global, Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara
mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan
Bencana Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global
2. Untuk
memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan
Pemanasan Global (Global Warming)
Bab II
Pembahasan
2.1.Pengertian
Pemanasan Global (Global warming)
Pemanasan
global atau Global
Warming adalah adanya proses peningkatan suhurata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
2.2.Penyebab Pemanasan Global (Global warming)
1.
Efek Rumah Kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek
rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila
gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan
global.
2.
Efek Umpan Balik
Penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan
karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek
umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan
balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
Umpan
balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan
lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap
karbon yang rendah.
3.
Variasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada
beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University
memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%
antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian
besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh
gas-gas rumah kaca.
Pada
tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan”
dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi
peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun
terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.
Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui
variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Mengukur
pemanasan global
Data
terkini dari Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA),
mengatakan bahwa April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang
sama di tahun-tahun sebelumnya. Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated
Press dan dikutip Viva, sepanjang abad ke-20 hingga tahun
lalu, suhu rata-rata permukaan Bumi di bulan April adalah 13,7 derajat Celcius.
Namun, pada April 2010, suhu mencapai 14,5 derajat celcius. Ini terbukti usai NOAA
meneliti suhu rata-rata permukaan Bumi berdasarkan kombinasi suhu permukaan
darat dan laut. Pusat Data Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei 2010, juga
menyebutkan suhu rata-rata Bumi mencapai rekor paling tinggi selama periode
Januari-April 2010.
Selama
periode tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia, Rusia
bagian timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan
sebagian Amerika Selatan pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya,
tetapi sebagian besar wilayah lain di dunia mencapai rekor suhu lebih tinggi
dibanding rata-rata. Wilayah yang memiliki suhu di atas rata-rata antara lain
Kanada, Alaska, Amerika Serikat bagian timur, Australia, Asia Selatan, Afrika
bagian utara, dan Rusia bagian utara.Menurut pakar iklim, pemanasan El Nino di
Samudera Pasifik melemah pada April karena anomali suhu permukaan air laut
berkurang. Dan, laporan yang dirilis Senin kemarin juga menyebutkan bahwa
volume es di Kutub Utara selama April lalu kembali menyusut. Ini merupakan penurunan
berturut-turut dalam 11 bulan terakhir. Saat ini luas dataran es di Kutub Utara
tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi. Sedangkan wilayah es di Kutub
Selatan pada April lalu 0,3 persen di bawah rata-rata menurut pengukuran selama
periode 1979-2000. Laporan ini dirilis karena para ilmuwan sedang berusaha
mengangkat kembali isu pemanasan global.
Pada
awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957
ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu
International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para
ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu
memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu
kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini
hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada
awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata
global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957
ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu
International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak
gunung Mauna
Loa di Hawai.
Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para
ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu
memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke
waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu
kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini
hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
2.3.Dampak Pemanasan
Global (Global warming)
Para
ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia. Dampak-dampaknya diantaranya :
1. Iklim
Mulai Tidak Stabil
Para
ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan
akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap
air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap
derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih
cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering
dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan
permukaan laut
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 –
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi
muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20
inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk,
tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka
laut ini akan menutupi sebagian besar dariFlorida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan
sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan
oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan
dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya
(terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan
pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan
menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad
ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir
terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990,
dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam
laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur
udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak
1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas
manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C
(2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC
panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode
tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan
tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu
menyerapnya kembali.
Jika
emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal
abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi
perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim
ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi
masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
3. Suhu
global cenderung meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang
jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan
ekologis
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak
sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan dapat
mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan
gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir,
badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat
memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit
melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu
bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan
terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal
ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi,coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,
dan lain-lain.
6. Hilangnya
Lautan Es
Menurut
WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu hilangnya lautan es
kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik kekuatan
yang tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara
global yang akan mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas
penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi– telah turun
sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang bersamaan,
emisi CO2 manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat – empat
kali lipat lebih cepat di dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak
para pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik
untuk menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat ini.
2.4.Cara
mencegah Pemanasan Global(Global warming)
- Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita mengurangi konsumsi daging. Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan lainnya, seperti metana yang notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi konsumsi daging.
- Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh.
- Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi, terutama jika menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
- Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng aluminium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
- Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi saat membelinya.
- Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
- Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.
8. Bawa
tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian Anda
mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa
pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya
untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad baik mereka untuk
menyelamatkan lingkungan.
- Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
- Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi dan BBM.
11. Tanam
pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi dalam
program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain.
Tergantung kesempatan dan kemampuan.
2.5.Bencana
Besar Akibat Pemanasan Global(Global warming)
Apa
saja bencana mematikan yang ditimbulkan oleh global warming ? Beberapa
diperkirakan bakal terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah
terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Silahkan simak bencana besar yang akan
terjadi akibat global warming di bawah ini. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti
, tapi mudah-mudahan bikin kita semua tergerak untuk menjaga kelestarian alam
yang hijau.
1.
Gletser Menciut
Gletser
adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut
seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya
emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik
0,15 – 0,3 derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga
sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta
penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair
hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.
2.
Pulau Tenggelam
Indonesia
, Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam
tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini
disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut
meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut.
Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel
disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk
Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050
derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing ,
Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
3.
Badai
Badai
memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat
global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar.
Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia
telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan
badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun masuk kategori badai
mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
4.
Gelombang Panas
Tahun
2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang menewaskan
banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun
yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas
memang pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering
terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali
lipat.
5.
Kekeringan
Afrika,
India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah
! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi,
hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani
negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan
di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di
bumi ini.
6. Perang
dan Konflik
Negara
yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami panik dan
berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut
lahan yang belum rusak.
7. Penyakit
Merajalela
Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana!!!
Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana!!!
8.
Perekonomian Kacau
Ladang
tani , perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau
kekeringan. Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan
kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung
naik. Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk membangun kembali
wilayah yang terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang mewabah.
9.
Ekosistem Hancur
Perubahan
iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem yang ada.
Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir
, badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal
mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya
sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan makanan,
obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.
10.
Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak
30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur
bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat
dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah
suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas
manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.
Bab III
Penutup
3.1
KESIMPULAN
Pemanasan
global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia.
Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi
efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di
masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka
pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanasan global adalah
peningkatan suhu rata-rata dunia baik di daratan, lautan maupun di atmosfer
bumi. Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca dan efek umpan balik
karena efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Akan
tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global. Dan menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa
tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006
mengungkapkan bahwa, “industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca
yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca
seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). ” Hampir seperlima (20 persen)
dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi
gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia.
3.2
SARAN
Kehidupan
ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari
itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekadelah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar
kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk
menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop
global warming. Kami menerima saran dari pembaca untuk kami perbaiki dan kami sempurnakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tukidi.2004.Meteorologi
dan Klimatologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Team
SOS.2011.Pemanasan Global. Surabaya:Gramedia.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar