Bawang Merah Dan Bawang Putih
Legenda Bawang Merah dan Bawang - Dahulu kala,
ada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Mereka memiliki seorang puteri yang
diberi nama bawang putih. Namun pada suatu hari, ibu bawang putih jatuh sakit
dan akhirnya meninggal. Setelah kejadian itu, bawang putih hidup sendiri dengan
ayahnya. Ayah bawang putih adalah seorang pedagang yang sering bepergian jauh.
Karena tak tega meninggalkan bawang putih sendirian di rumah, akhirnya ayah
bawang putih memutuskan menikah lagi dengan seorang janda. Janda tersebut
memiliki satu anak yang diberi nama bawang merah. Sebenarnya niat
ayahnya adalah agar bawang putih tak kesepian dan memiliki teman yang
membantunya di rumah. Namun ternyata, ibu dan kakak tiri bawang putih memiliki
sifat yang jahat. Mereka bersikap baik pada bawang putih hanya ketika ayahnya
ada bersamanya. Namun ketika ayahnya pergi berdagang, mereka menyuruh bawang
putih mengerjakan segala pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Ternyata
kemalangan bawang putih belum berhenti sampai disitu, selang beberapa waktu,
ayah bawang putih juga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Kini, ibu tiri dan bawang merah bersikap semakin jahat pada bawang putih. Bahkan waktu beristirahat bawang putih juga semakin terbatas. Tiap hari dia harus melayani semua kebutuhan bawang merah dan ibu tirinya. Sampai disuatu pagi ketika bawang putih mencuci di sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan bawang merah hanyut. Ketika sampai rumah, bawang merah memarahi bawang putih karena selendangnya tak dia temukan. Dia menyuruh bawang putih mencari selendang itu dan tidak boleh pulang sebelum menemukanya. Akhirnya, bawang putih menyusuri sungai untuk mencari selendang itu. Hingga larut malam, selendang itu belum juga dia temukan. Ketika tengah menyusuri sungai, bawang putih nelihat sebuah gubuk, ternyata gubuk itu dihuni oleh seorang nenek sebatang kara. Bawang putih akhirnya meminta izin untuk menginap semalam. Nenek itu cukup baik hati, dia mempersilahkan bawang putih untuk menginap. Nenek itu juga menanyakan perihal tentang bawang putih, dan bagaimana dia sampai di tempat itu. Bawang putih pun menceritakan nasib yang dialaminya, hingga nenek yang mendengar itu merasa iba. Ternyata, selendang yang dicari bawang putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang itu dengan syarat bawang putih harus menemaninya selama seminggu. Bawang putih menerima tawaran itu dengan senang hati. Waktu seminggupun berlalu, dan kini waktunya bawang putih untuk pulang. Karena selama tinggal disitu bawang putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan memberi hadiah pada bawang putih. Dia disuruh memilih diantara dua buah labu untuk dia bawa. Awalnya bawang putih ingin menolak, namun karena ingin menghormati pemberian, bawang putih akhirnya memilih labu yang kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan itu. Setelah itu, bawang putihpun segera pulang dan menyerahkan selendang itu pada bawang merah. Setelah itu dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata labu itu berisi emas permata yang sangat banyak. Secara tak sengaja, ibu tiri bawang putih melihatnya dan langsung merampas semua emas itu. Bukan hanya itu, dia juga memaksa bawang putih untuk menitakan dari mana dia mendapat labu ajaib itu. Bawang putihpun menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Mendengar cerita bawang putih, muncul niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Esok paginya, dia menyuruh bawang merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang silakukan bawang putih, dia berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih banyak.
Singkat cerita, bawang merah yang malas itu tiba di gubuk nenek, dan diapun tinggal disitu selama seminggu. Namun karena sifatnya yang pemalas, dia hanya bermalas-malasan saja dan tidak mau membantu pekerjaan si nenek. Dan ketika sudah waktunya pulang, diapun di suruh memilih labu sebagai hadiah. Tanpa fikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari pulang tanpa mengucapkan terimakasih. Setelah tiba dirumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang sangat besar. Dia berfikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh bawang putih dan takut jika bawang putih minta bagian, mereka menyuruh bawang putih mencuci disungai. Setelah itu mereka masuk kamar dan menguncinya dengan rapat.
Dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Namun diluar dugaan, bukan emas yang ada didalamnya. Melainkan labu itu dipenuhi ular, kalajengking, kelabang, dan berbagai hewan berbisa. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dari labu dan menggigit kedua anak dan ibu serakah itu. Mereka tak mampu kabur, karena pintu kamar mereka kunci rapat dan mereka tutup dengan lemari dari dalam. Akhirnya, mereka mati di dalam kamar bersama keserakahan mereka. Setelah mereka mati, hewan-hewan berbisa itu kenyap tak berbekas.
Kini, ibu tiri dan bawang merah bersikap semakin jahat pada bawang putih. Bahkan waktu beristirahat bawang putih juga semakin terbatas. Tiap hari dia harus melayani semua kebutuhan bawang merah dan ibu tirinya. Sampai disuatu pagi ketika bawang putih mencuci di sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan bawang merah hanyut. Ketika sampai rumah, bawang merah memarahi bawang putih karena selendangnya tak dia temukan. Dia menyuruh bawang putih mencari selendang itu dan tidak boleh pulang sebelum menemukanya. Akhirnya, bawang putih menyusuri sungai untuk mencari selendang itu. Hingga larut malam, selendang itu belum juga dia temukan. Ketika tengah menyusuri sungai, bawang putih nelihat sebuah gubuk, ternyata gubuk itu dihuni oleh seorang nenek sebatang kara. Bawang putih akhirnya meminta izin untuk menginap semalam. Nenek itu cukup baik hati, dia mempersilahkan bawang putih untuk menginap. Nenek itu juga menanyakan perihal tentang bawang putih, dan bagaimana dia sampai di tempat itu. Bawang putih pun menceritakan nasib yang dialaminya, hingga nenek yang mendengar itu merasa iba. Ternyata, selendang yang dicari bawang putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang itu dengan syarat bawang putih harus menemaninya selama seminggu. Bawang putih menerima tawaran itu dengan senang hati. Waktu seminggupun berlalu, dan kini waktunya bawang putih untuk pulang. Karena selama tinggal disitu bawang putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan memberi hadiah pada bawang putih. Dia disuruh memilih diantara dua buah labu untuk dia bawa. Awalnya bawang putih ingin menolak, namun karena ingin menghormati pemberian, bawang putih akhirnya memilih labu yang kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan itu. Setelah itu, bawang putihpun segera pulang dan menyerahkan selendang itu pada bawang merah. Setelah itu dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata labu itu berisi emas permata yang sangat banyak. Secara tak sengaja, ibu tiri bawang putih melihatnya dan langsung merampas semua emas itu. Bukan hanya itu, dia juga memaksa bawang putih untuk menitakan dari mana dia mendapat labu ajaib itu. Bawang putihpun menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Mendengar cerita bawang putih, muncul niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Esok paginya, dia menyuruh bawang merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang silakukan bawang putih, dia berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih banyak.
Singkat cerita, bawang merah yang malas itu tiba di gubuk nenek, dan diapun tinggal disitu selama seminggu. Namun karena sifatnya yang pemalas, dia hanya bermalas-malasan saja dan tidak mau membantu pekerjaan si nenek. Dan ketika sudah waktunya pulang, diapun di suruh memilih labu sebagai hadiah. Tanpa fikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari pulang tanpa mengucapkan terimakasih. Setelah tiba dirumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang sangat besar. Dia berfikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh bawang putih dan takut jika bawang putih minta bagian, mereka menyuruh bawang putih mencuci disungai. Setelah itu mereka masuk kamar dan menguncinya dengan rapat.
Dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Namun diluar dugaan, bukan emas yang ada didalamnya. Melainkan labu itu dipenuhi ular, kalajengking, kelabang, dan berbagai hewan berbisa. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dari labu dan menggigit kedua anak dan ibu serakah itu. Mereka tak mampu kabur, karena pintu kamar mereka kunci rapat dan mereka tutup dengan lemari dari dalam. Akhirnya, mereka mati di dalam kamar bersama keserakahan mereka. Setelah mereka mati, hewan-hewan berbisa itu kenyap tak berbekas.
LEGENDA JAKA TARUB
Legenda Jaka Tarub memiliki banyak versi, namun secara garis besar masih memiliki alur cerita yang sama. Jaka Tarub merupakan seorang pemuda yang tinggal di desa Tarub, sedangkan Nawang Wulan adalah seorang bidadari yang tidak bisa kembali ke kahyangan karena selendangya disembunyikan oleh Jaka Tarub. Konon kisah ini terjadi di desa Widodaren, kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, karena di desa tersebut terdapat petilasan makam Jaka Tarub. Nama desa Widodaren sendiri konon berasal dari kata widodari yang berarti bidadari. Kisah ini memiliki kemiripan dengan cerita rakyat Jawa Timur yaitu, Aryo Menak. Berikut kisahnya. Jaka Tarub Anak Angkat Mbok Randa Tarub
Di desa Tarub, tinggallah seorang ibu bernama
Mbok Randa Tarub. Ia hidup sebatang kara, oleh karenanya Mbok Randa Tarub
kemudian mengangkat seorang anak laki-laki yang ia beri nama Jaka Tarub. Mbok
Randa Tarub mengasuh anak angkatnya dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih
sayang layaknya anak sendiri.
Setelah dewasa, Jaka Tarub tumbuh menjadi
seorang pemuda yang rajin bekerja membantu ibunya. Jaka Tarub juga memiliki
wajah sangat tampan. Sering ia berburu binatang di hutan menggunakan sumpitnya.
Ketampanan dan ketangkasannya membuat banyak gadis-gadis desa jatuh hati
padanya, namun Jaka Tarub belum berniat untuk berumah tangga. Mbok Randa Tarub
sering berkata bahwa ia menginginkan Jaka Tarub segera menikah.
“Jaka, Mbok ingin kamu segera menikah. Usiamu
telah mencukupi untuk berumah tangga. Wajahmu kan tampan, jadi mudah saja
bagimu untuk mencari gadis cantik yang kamu suka.” ujar Mbok Randa Tarub suatu
ketika.
“Mbok, saat ini Jaka belum menginginkan untuk
memiliki pendamping hidup. Akan tiba saatnya nanti Jaka akan mencari istri.”
jawab Jaka Tarub.
“Baiklah, jika itu kehendakmu Jaka. Mbok hanya
mendoakan yang terbaik bagimu. Mbok sangat menyayangi Jaka.” ujar Mbok Randa.
Hingga pada suatu hari, Mbok Randa Tarub
meninggal dunia karena sakit sedangkan Jaka Tarub belum juga menikah. Kepergian
Mbok Randa yang telah mengasuhnya sejak kecil membuat Jaka Tarub sangat sedih.
Terlebih mengingat ia belum juga menikah saat Mbok Randa meninggal. Sejak
kepergian Mbok Randa, Jaka Tarub berubah menjadi seorang pemuda pemalas. Ia
sering melamun sendirian karena merasa semangat hidupnya hilang.
Jaka Tarub
Melihat Tujuh Bidadari
Pada suatu siang, seperti biasa Jaka Tarub
tidur di rumahnya. Di dalam tidurnya ia bermimpi memakan daging rusa amat empuk
dan lezat. Ketika bangun tidur, ia merasa lapar dan ingin memakan daging rusa.
Ia segera bergegas pergi ke dalam hutan untuk berburu rusa. Dengan tombaknya ia
berjalan perlahan di dalam hutan mengintai barangkali ada rusa. Namun setelah
sekian lama berkeliaran di dalam hutan, ia tidak juga menemukan seekor hewan
buruan pun. Padahal ia sudah memasuki kawasan hutan yang belum pernah ia
datangi. Karena merasa lelah, Jaka Tarub kemudian duduk beristirahat di sebuah
batu besar. Tidak sadar ia kembali tertidur karena kelelahan. Pada saat
tertidur, sayup-sayup ia mendengar suara-suara perempuan tengah bercanda. Ia
pun terbangun untuk mencari sumber suara tersebut.
“Aku mendengar suara-suara perempuan. Aku harus
mencari tahu siapa mereka?” gumam Jaka.
Setelah mencari-cari arah suara, akhirnya Jaka
sadar bahwa suara tersebut berasal dari sebuah telaga. Ia pun mengendap-ngendap
di sebuah batu besar di pinggir telaga. Dari balik batu, Jaka melihat ada tujuh
perempuan sangat cantik tengah mandi. Ia terperanjat merasa heran, bagaimana
mungkin ada tujuh perempuan cantik jelita bisa mandi di tengah pedalaman
hutan.
“Sungguh aneh, siapa mereka? Kenapa mereka bisa
berada di tengah hutan lebat.” ujar Jaka dalam hati.
Jaka Mencuri
Selendang Bidadari
Ketujuh perempuan tersebut sangat luar biasa
cantik. Ia tidak pernah melihat perempuan secantik mereka, oleh karena itu ia
sangat berhasrat untuk menikahi salah satu dari mereka. Saat ia melihat tujuh
selendang tergeletak di pinggir telaga. Jaka Tarub mengambil sehelai selandang
kemudian menyembunyikannya.
“Aku ingin menikahi salah satu dari mereka.
Sebaiknya salah satu selendang milik mereka aku sembunyikan.” gumam Jaka.
Menjelang sore ketujuh perempuan cantik
mengakhiri mandi mereka. Mereka segera berpakaian, mengenakan selendang mereka
kemudian terbang ke kahyangan. Jaka Tarub akhirnya mengetahui bahwa mereka
adalah bidadari kahyangan.
“Ah pantaslah mereka sangat cantik jelita,
rupanya mereka bidadari kahyangan.” ujar Jaka.Salah seorang dari perempuan yang
bernama Nawang Wulan, terlihat kebingungan mencari selendangnya sementara
keenam perempuan lainnya telah terbang ke kahyangan.
“Aduh, mana selendangku? Tadi aku simpan di
pinggir telaga. Bagaimana ini? Kalau selendangku tidak ketemu, Aku tidak bisa
pulang ke kahyangan.” ujar Nawang Wulan terlihat panik.Nawang Wulan ternyata
saudari termuda dari ketujuh bidadari tersebut. Sepeninggal keenam kakaknya,
Nawang Wulan menangis tersedu-sedu. Ia merasa takut karena tidak mampu tinggal
di dunia manusia. Melihat hal tersebut, Jaka Tarub segera mendekat untuk
mengajak berkenalan dan menawarkan bantuan.
“Hai, ada apakah gerangan Adinda menangis
sendirian di pinggir telaga? Nama saya Jaka Tarub. Saya tinggal di desa di
dekat sini. Apa yang bisa saya bantu?” Jaka berpura-pura menawarkan bantuan.“Oh,
saya kehilangan selendang jadi tidak bisa kembali ke kahyangan.” kata Nawang
Wulan.
“Oh, begitu kiranya. Kalau begitu Adinda boleh
tinggal di rumahku, daripada tinggal sendiri di dalam hutan. Tidak usah takut,
aku akan menjagamu.” kata Jaka.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan tinggal di
rumahmu saja.” Nawang Wulan terpaksa menerimanya karena tidak tahu harus
berbuat apa lagi.
Jaka Menikahi
Dewi Nawang Wulan
Dewi Nawang Wulan akhirnya tinggal di rumah
Jaka Tarub. Tidak lama kemudian mereka menikah dan hidup berbahagia. Terlebih
lagi ketika Nawang Wulan mengandung kemudian melahirkan seorang bayi perempuan.
Mereka memberinya nama Nawangsih.
Kendati hidup berbahagia beserta anak dan
istrinya, Jaka Tarub sudah lama merasa heran karena lumbung padi miliknya tidak
pernah berkurang malah justru bertambah. Setiap hari istrinya memasak dengan
mengambil beras dari lumbung padinya tapi tidak sedikit pun lumbung padinya
berkurang.
“Entah kenapa padi milikku tidak pernah
berkurang malah bertambah banyak. Padahal setiap hari istriku memasak.” gumam
Jaka keheranan.
Hingga suatu hari, sang istri tengah menanak
nasi tapi memiliki keperluan di sungai. Nawang Wulan kemudian berpesan pada
suaminya untuk menjaga apinya dan jangan membuka tutup kukusan nasi. “Kakanda,
aku sedang menanak nasi tapi ada keperluan sebentar di sungai. Kakanda tolong
jagakan api jangan sampai mati atau terlalu besar. Tolong juga Kakanda jangan
membuka tutup kukusannya.” kata Nawang Wulan.
“Baiklah. Kakanda akan menjaganya.” kata Jaka.
Setelah istrinya pergi ke sungai, Jaka merasa penasaran dengan pesan isrinya
untuk tidak membuka tutup kukusan nasi. Karena tidak sanggup menahan rasa ingin
tahu, ia kemudian membuka kukusan nasi. Ia merasa kaget ketika mendapati di
dalam kukusan hanya ada sebutir beras. “Aneh istriku hanya memasak sebutir
beras. Pantas lumbung padiku tidak pernah berkurang.” Jaka berkata dalam hati.
Kesaktian
Nawang Wulan Hilang
Ketika Nawang Wulan pulang dari sungai, ia
mendapati ternyata di dalam kukusan hanya terdapat sebutir beras. “Di
dalam kukusan hanya ada sebutir beras, berarti suamiku melanggar larangan
dengan telah membuka kukusan ini.” kata Nawang Wulan.Nawang Wulan ternyata
memiliki kesaktian yang tidak dimiliki manusia biasa. Ia bisa menanak sebutir
padi menjadi sebakul nasi. Nawang Wulan akhirnya mengerti bahwa suaminya telah
membuka kukusan tersebut. Walhasil, kesaktian Nawang Wulan yang
dirahasiakannya, menjadi musnah. Sebagai akibatnya, kini ia harus berkerja
sebagaimana manusia biasa seperti menumbuk padi, menampi hingga menanak beras
menjadi nasi. Lambat laun lumbung padi milik Jaka Tarub pun habis.
Dewi Nawang
Wulan Pulang Ke Kahyangan
Suatu ketika Nawang Wulan hendak mengambil
beras di lumbung padi. Namun sayang beras yang tersedia tinggal sedikit. Ketika
mengambil sisa-sisa beras, tiba-tiba menyembul selendang miliknya yang telah lama
hilang. Nawang Wulan akhirnya sadar dan marah mengetahui kenyataaan bahwa
ternyata suaminyalah yang menyembunyikan selendang miliknya. Ia segera
mengenakan selendang tersebut kemudian bergegas menemui suaminya.“Suamiku.
Gara-gara Kakanda membuka tutup kukusan, kesaktianku menjadi hilang dan membuat
lumbung padi kita habis. Dan juga ternyata, selama ini engkau menyembunyikan
selendangku. Semuanya adalah rencanamu. Sampai disini berakhir sudah hubungan
kita. Aku akan kembali ke kahyangan.” kata Nawang Wulan.“Aku minta maaf
istriku. Aku mengakui semua kesalahanku. Tapi tolong jangan pergi tinggalkan
aku dan anakmu, Nawangsih.” Jaka Tarub memohon pada istrinya.
“Maaf Kakanda, aku harus pulang ke kahyangan.
Tolong jaga baik-baik putri kesayangan kita, Nawangsih. Tolong Kakanda buatkan
dangau di dekat rumah. Letakkan Nawangsih setiap malam di dangau. Aku akan
datang setiap malam untuk menyusui putri kesayangan kita. Dan tolong jangan
mengintip saat aku tengah menysusui Nawangsih. Selamat Tinggal.” Nawang Wulan
kemudian terbang ke kahyangan.Jaka Tarub merasa sedih dan sangat menyesal
dengan perbuatannya. Ia segera membuat dangau di dekat rumah. Dan sesuai
permintaan istrinya, ia meletakkan putrinya, Nawangsih, setiap malam di dangau
untuk disusui oleh Nawang Wulan.
LEGENDA
DANAU TOBA
Pada
zaman dahulu di suatu desa di Sumatera Utara hiduplah seorang petani bernama
Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu
mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya.
Selain
mengerjakan ladangnya, kadang-kadang
lelaki
itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali
dia memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di sungai yang jernih itu
memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.
Pada
suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai
untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor iakan pun
didapatnya. Kejadian yang seperti itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab
biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama
tak ada yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk
berhenti saja memancing. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba
pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah
sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu
bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah
beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing
itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan
menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya
ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas
dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan
tersebut memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu
diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi.
Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu.
Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau
sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah
mulai senja.
Setibanya
di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke
dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata
kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil
kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong
kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada
saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah
tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar
beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang
aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk kekamar.
Ketika
lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam
kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai.
Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang
tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba
membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut
pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang
berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita
secantik itu meskipun dahulu dia sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.
Karena
hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu
menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia
hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh
perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat
lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa
beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan
sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menerima lamarannya
dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan
pernah mengungkit asal usul istrinya myang menjelma dari ikan. Setelah lelaki
itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.
Setahun
kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama
Samosir. Anak itu sngat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat
kurang baik dan pemalas.
Setelah
cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk
ayahnya
yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu
sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu
hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya.
Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesl
pergilah ia mengantarkan nasi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan
lauk pauknya dia makan. Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal
sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa
sangat lapar karena nasinya terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka
si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah
sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang
memakan sebagian besar dari nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia
pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung.
Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil
menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia
mengadukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan
ayahnya kepadanya di ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih
sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata
cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar
segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka
dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa
bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari
menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika
tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang
dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu
jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke
dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang
sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat.
Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan
tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan
dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu
semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari
dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama
Pulau Samosir.
Cerita
Rakyat “Asal Usul Danau Toba”, diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana.
LEGENDA
BANYU WANGI
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur
Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang
Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah
bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari
ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang
kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai
beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan
sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar
kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden
Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai
dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan.
Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang
sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum
air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan
sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan
seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia
seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang
bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu.
“Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab
gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”.
“Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah
saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar
ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan
puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya
pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung
berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang
laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu,
ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama
Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas
dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan
begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah
mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa
ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat
tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak
diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di
hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan
matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping.
“Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan
oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan
melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat
kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang
secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki
misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden
Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang
telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di
hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau
merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala
ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?”
tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud
membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati.
Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah
ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden
Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya
di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang
pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang
istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung
Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati
menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang
tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku!
Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda.
Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan
Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda!
Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati
Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda !
Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak
bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!”
seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka,
Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan
itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban.
Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang
berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum
baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu,
sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu
artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota
Banyuwangi.
LEGENDA NYI
RORO KIDUL
Cerita Misteri Nyi Roro Kidul.
Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan merupakan sebuah legenda berkaitan
adanya sosok misterius yang menjaga wilayah di Selatan Jawa (Samudera Hindia).
Cerita misteri Adanya Nyi Roro Kidul amat sangat ternama di kalangan penduduk
Pulau Jawa dan Bali. Siapakah Nyi Roro Kidul itu sebenarnya?
Bagaimana cerita ini jadi ternama dan seakan jadi suatu legenda yang dipercayai sebahagian masyarakat Indonesia ? Untuk itu dalam postingan kali ini kita akan mencoba mengungkap Cerita Misteri Nyi Roro Kidul yang sudah dirangkum dari bermacam macam kenyataan dan realita yang ada kepada sejarah terkait.
Bagaimana cerita ini jadi ternama dan seakan jadi suatu legenda yang dipercayai sebahagian masyarakat Indonesia ? Untuk itu dalam postingan kali ini kita akan mencoba mengungkap Cerita Misteri Nyi Roro Kidul yang sudah dirangkum dari bermacam macam kenyataan dan realita yang ada kepada sejarah terkait.
Cerita Nyi Roro Kidul
Asal mula nyi roro kidul berawal dalam satu buah periode hiduplah
seseorang putri berparas cantik belia bernama Kadita. Dia dipanggil Dewi
Srengenge (matahari yang indah) sebab kecantikannya yang sungguh mempesona.
Ayahnya ialah seseorang Raja bernama Munding Wangi. Memiliki anak yang sanagat
menawan tetapi tidaklah membuatnya bahagia, dikarenakan dirinya tak menginginkan
mempunyai anak wanita. Sebab keinginannya untuk memiliki anak Laki Laki,
sehingga dirinya menikah lagi dengan Dewi Mutiara dan hasilnya mendapati putra
yang membuatnya bahagia bukan kepalang. Akan tapi hadirnya anak laki-laki
tersebut tidak menciptakan rasa sayang kepada putrinya berkurang.
Dewi Mutiara berharap putranya jadi Raja, segala upaya dilakukannya demi mewujudkan keinginannya tersebut. Dirinya pernah mengusir putri raja ke luar dari istana yang menyebabkan raja jadi murka. Raja Mundi Wangi tak akan membiarkan siapapun menyakiti putrinya. Biarpun demikian Dewi Mutiara tak patah arang, niat nya tersebut masih akan dilakukannya secara lain.
Esoknya dalam pagi hari Dewi Mutiara memerintahkan satu orang dukun untuk mengutuk Kadita. Dia memerintahkan dukun tersebut untuk menciptakan Kadita menjadi penuh kudis, jika kalau dukun tersebut sukses, sehingga dia berjanji dapat memberikan imbalan yang tidak ternilai dalam dukun itu. Hasilnya dukun menuruti perintah sang ratu. Seterusnya dalam tengah malam harinya, dirinya sukses menciptakan badan Kadita dipenuhi kudis dan gatal-gatal. Waktu Kadita terjaga, dia menyadari seluruhnya tubuhnya sudah berbau busuk yang membuat dirinya menangis histeris dan tidak mampu berbuat apa-apa.
Seketika Raja mendengar kabar itu, dia juga merasa terpukul dan amat sedih melihat kejadian yang dialami putrinya. Beragam cara dilakukannya mulai sejak dari memanggil tabib dan orang pintar yang lain untuk menyembuhkan putrinya tersebut. Raja mulai menyadari ketidakwajaran penyakit putrinya, dia tahu putrinya sudah diguna-guna oleh orang jahat. Dewi Mutiara mencoba memaksa Raja untuk mengusir putrinya sebab telah dianggap dapat mendatangkan kesialan dalam seluruh negara. Hasilnya Raja mengantarkan putrinya ke luar dari negara tersebut untuk menghindari gunjingan di semua negara. Tak ingin diantarkan sang ayah Kadita yang malang itu, hasilnya Kadita lebih memilih hidup sendirian menyebrangi lautan. Kadita benar-benar memiliki hati yang mulia, dia sama sekali tidak dendam dalam ibu tirinya.
Dalam perjalanannya hingga di Samudera Selatan, sekitar nyaris tujuh hari tujuh malam dia menempuhnya sendirian. Disana dirinya memandang lautan yang teramat jernih dan bersih yang tidak sama dengan samudera lain yang airnya berwarna hijau atau biru. Selepas itu Kadita mencoba melompat dan berenang di Samudera tersebut, seketika beliau memperoleh mukjizat. Diwaktu kulitnya menyentuh air laut, kudisnya sedikit demi sedikit hilang dan dirinya menjadi cantik kembali bahkan lebih cantik dari sebelumnya.Selain itu, sekarang ini Kadita mempunyai kekuasaan dalam Samudera Selatan. Dia dijuluki peri yang dinamakan Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan yang hidup selamanya.
Dewi Mutiara berharap putranya jadi Raja, segala upaya dilakukannya demi mewujudkan keinginannya tersebut. Dirinya pernah mengusir putri raja ke luar dari istana yang menyebabkan raja jadi murka. Raja Mundi Wangi tak akan membiarkan siapapun menyakiti putrinya. Biarpun demikian Dewi Mutiara tak patah arang, niat nya tersebut masih akan dilakukannya secara lain.
Esoknya dalam pagi hari Dewi Mutiara memerintahkan satu orang dukun untuk mengutuk Kadita. Dia memerintahkan dukun tersebut untuk menciptakan Kadita menjadi penuh kudis, jika kalau dukun tersebut sukses, sehingga dia berjanji dapat memberikan imbalan yang tidak ternilai dalam dukun itu. Hasilnya dukun menuruti perintah sang ratu. Seterusnya dalam tengah malam harinya, dirinya sukses menciptakan badan Kadita dipenuhi kudis dan gatal-gatal. Waktu Kadita terjaga, dia menyadari seluruhnya tubuhnya sudah berbau busuk yang membuat dirinya menangis histeris dan tidak mampu berbuat apa-apa.
Seketika Raja mendengar kabar itu, dia juga merasa terpukul dan amat sedih melihat kejadian yang dialami putrinya. Beragam cara dilakukannya mulai sejak dari memanggil tabib dan orang pintar yang lain untuk menyembuhkan putrinya tersebut. Raja mulai menyadari ketidakwajaran penyakit putrinya, dia tahu putrinya sudah diguna-guna oleh orang jahat. Dewi Mutiara mencoba memaksa Raja untuk mengusir putrinya sebab telah dianggap dapat mendatangkan kesialan dalam seluruh negara. Hasilnya Raja mengantarkan putrinya ke luar dari negara tersebut untuk menghindari gunjingan di semua negara. Tak ingin diantarkan sang ayah Kadita yang malang itu, hasilnya Kadita lebih memilih hidup sendirian menyebrangi lautan. Kadita benar-benar memiliki hati yang mulia, dia sama sekali tidak dendam dalam ibu tirinya.
Dalam perjalanannya hingga di Samudera Selatan, sekitar nyaris tujuh hari tujuh malam dia menempuhnya sendirian. Disana dirinya memandang lautan yang teramat jernih dan bersih yang tidak sama dengan samudera lain yang airnya berwarna hijau atau biru. Selepas itu Kadita mencoba melompat dan berenang di Samudera tersebut, seketika beliau memperoleh mukjizat. Diwaktu kulitnya menyentuh air laut, kudisnya sedikit demi sedikit hilang dan dirinya menjadi cantik kembali bahkan lebih cantik dari sebelumnya.Selain itu, sekarang ini Kadita mempunyai kekuasaan dalam Samudera Selatan. Dia dijuluki peri yang dinamakan Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan yang hidup selamanya.
Asal Mula Candi Prambanan (Yogyakarta)
Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging.
sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah
seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia juga mempunyai berbagai
ilmu kesaktian yang tinggi. bahkan konon kesaktiannya lebih tinggi dari ayahnya
karena Joko bandung suka berguru kepada para pertapa sakti.
Di Prambanan
terdapat sebuah kerajaan, Rajanya bernama Raja Boko. sang raja mempunyai
seorang puteri berwajah cantik bernama Roro Jongrang. Raja Boko bertubuh
tingggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan
raksasa.
Antara Kerajaan
pengging dan Kerajaan prambanan terjadi peperangan. Pada mulanya Raja pengging
kalah. tentara Pengging banyak yang mati di medan perang.
Mendengar
kekalahan pasukan ayahnya maka Joko Bandung bertekad menyusul pasukan ayahnya.
dalam perjalanan, di tengah hutan, Joko Bandung bertemu dan berkelahi dengan
seorang raksasa bernama Bandawasa. Menjelang ajal Bandawasa yang juga berilmu
tinggi ini ternyata menyusup ke dalam roh Joko Bandung dan minta namanya
digabung dengan pemuda itu sehingga putera Raja Pengging ini bernama Joko
Bandung Bandawasa.
Joko bandung maju ke medan perang,
selama berhari-hari pertarungan berlangsung, namun pada akhirnya pemuda itu
dapat mengalahkan dan membunuh Prabu Boko.
Ketika Joko
Bandung memasuki istana kaputren ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita,
Joko Bandung langsung jatuh cinta dan ingin memperisterinya, Namun Roro
Jonggrang berusaha mengelak keingginannya karena Roro Jonggrang tahu bahwa
pembunuh ayahnya adalaj Joko Bandung.
Namun untuk
menolak begitu saja tentu Roro jonggrang tidak berani, maka Roro Jonggrang
mengajukan syarat, ia mau diperisteri oleh Joko Bandung asalkan Pemuda itu
bersedia membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam dalam
waktu satu malam.
Menurut anggapan
Roro Jonggrang pasti Joko Bandung tidak mungkin dapat memenuhi permintaan
tersebut. Diluar dugaan Joko Bandung menyanggupinya. Joko Bandung Bandawasa
yang sakti itu minta bantuan makhluk halus. Mereka bekerja keras setelah
matahari terbenam, dan satu persatu candi yang diminta oleh Roro Jonggrang
mendekati penyelesaian.
Melihat kejadian
tersebut, Roro Jonggrang heran karena bangunan candi yang begitu banyak sudah
hampir selesai. Pada tengah malam sewaktu makhluk halus melanjutkan tugas
menyelesaikan bangunan candi yang tinggal sebuah, Roro Jonggrang membangunkan
gadis-gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada
lesungsehingga kedengaran suara yang riuh. Ayam jantanpun berkokok
bersahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut, para makhluk halus segera
menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi dan matahari hampir
terbit.
Permintaan Roro
Jonggrang tidak dapat terpenuhi karena masih kurang satu bangunan candi.
marahlah Joko Bandung, karena ulah dan tipu muslihat dari Roro Jonggrang.
Waktu itulah
Bandung mendekati Jonggrang dan berkata," Jonggrang..kau ini hanya
mencari-cari alasan, kalau tidak mau jangan mencoba mengelabuhiku, kau ini
keras kepala seperti batu!".
Seketika Roro Jonggrang berubah
menjadi arca batu besar. Demikian pula para dara yang tinggal di desa Prambanan
mendapat kutukan dari Bandung Bandawasa, tidak laku kawin sebelum mencapai usia
tua.
Candi yang dibuat
makhluk halus meskipun jumlahnya belum mencapai seribu disebut candi sewu yang
berdekatan dengan candi Roro Jonggrang. Maka candi Prambanan disebut juga candi
Roro Jonggrang.
Dikutip dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar